Pages

Senin, 17 Desember 2012

Aku dan Dewi Penolongku (seekor kucing bernama Necco)

Terbaru

Dalam legenda Yunani ada 9 dewi pelindung seni. Ini berarti sebagi penulis aku bukan cuma berhak bekerja dengan memakai piama, tapi aku juga boleh meminta diberi dewi pelindung yang akan menjawab doa-doaku kalau aku sedang mengalami hambatan dalam menulis.Tapi untungnya aku tidak memerlukan dewi pelindung, sebab aku sudah punya Necco, kucingku yang berbulu kelabu.
Kucing ini menemukan kami di tempat penampungan hewan lokal. Kami sedang mencari hewan peliharaan yang pendiam dan manis, untuk melengkapi anjing kami yang berisik, Emma. Tapi kami malah mendapatkan Necco.
Begitu kami memasuki tempat penampungan itu, Necco memanggil kami dengan suara yang nyaring yang jelas jelas menyatakan bahwa dia ingin segera mendapatkan perhatian. label kucing di kandangnya yang menunjukkan bahwa hari ini adalah hari terakhirnya membuat panggilannya yang mendesak itu semakin beralasan. ketika pintu kandang dibuka, ia melangkah ke dalam pelukanku dan bersandar dengan tatapan yang jelas-jelas menyatakan "kenapa lama sekali baru datang?"
Dalam waktu singkat, Necco, yang berumur 6 bulan dan beratnya tidak sampai 1,5 kg, sudah menempatkan dirinya sebagai makhluk yang bertanggung jawab, terhadap kehidupan kami. Kursi kulit kami menjadi tiang garuknya. Pohon natal menjadi tempat bermainnya. Dan rak yang dipenuhi oleh tempat lilin perunggu dari berbagai bentuk dan ukuran menjadi tempat dia menemukan hukum grafitasi kucing (kalau kucing naik ke rak, pasti tempat lilin jatuh dari rak).
Kebetulan sekali "keterampilan" Necco mencapai puncaknya tepat ketika hidupku sedang berada pada titik terendah. Perkawinanku yang sudah berjalan 20 tahun mendadak berakhir. Tinggallah aku dengan Katie, anak perempuanku yang berumur 10 tahun, dan sebuah rumah besar yang mesti kupertahankan dengan penghasilan sebagai copywriter periklanan. Meskipun aku bekerja full-time, uang yang kuperoleh tidak banyak dan sering kali aku mendapati diriku dengan lebih banyak tagihan daripada cek pembayaran. Dengan segera aku menyadari bahwa aku mesti bekerja sebagai penulis lepas kalau ingin menutupi berbagai pengeluaran.
Itu berarti aku mesti bangun jan 4 pagi, menulis selama 2 jam, lalu siap-siap berangkat kerja. Delapan jam kemudian aku pulang, menyiapkan makan malam, membantu Katie membuat PR, emmbereskan rumah, dan siap-siap untuk bekerja kembali keesokan harinya. Aku terempas kelelahan di tempat tidur pada jam 11 malam, dan mesti bangun lagi saat weker berbunyi pada jam 4 pagi keesokan harinya.
Rutinitas ini berlangsung tepat selama 2 minggu. Walau sudah minum bergalon-galon kopi, aku tidak bisa menghasilkan apa-apa. Aku cepat marah, frustasi, kesepian, dan sudah siap menyerah kalah. Sulit sekali menjadi penulis. Membayar tagihan - tagihan bahkan lebih sulit lagi. Satu-satunya penyelesaian adalah aku mesti menjual rumahku dan pindah ke apartemen yang tidak mahal. Sayangnya itu berarti aku dan Katie akan semakin banyak menderita kehilangan. Apalagi tidak ada apartemen kota yang mengijinkan penghuni membawa hewan peliharaan.
Aku tidak suka membayangkan mesti mencari rumah lain untuk kami semua, dan aku terutama tidak ingin mengatakan pada Katie tentang segala perubahan ini. Karena merasa depresi, aku tidur terus keesokan harinya, walaupun weker berbunyi pada jam 4 pagi. Begitu pula hari berikutnya dan berikutnya lagi. Akhirnya aku berhenti menyetel  weker.
Pada waktu itulah Necco melakukan sesuatu yang aneh. Karena tahu bahwa bunyi benda jatuh bisa mengagetkan manusia, ia memutuskan bahwa saat yang tepat untuk menjatuhkan sesuatu adalah jam 4 pagi. Serangan berisiknya itu benar - benar diperhitungkan dengan tepat. 
Mula - mula ia menjatuhkan bom-bom kecil berupa batang pensil dan kacamataku. Aku berguling dan menutupi kepalaku dengan selimut. lalu serangannya meningkat dengan menjatuhkan buku-buku notes dan weker. Setiap barang yang ia jatuhkan membuat aku membenamkan diri semakin dalam di bawah selimut. akhirnya ia mengeluarkan senjata beratnya, menjatuhkan gelas yang setengahnya berisi air ke lantai. Dan sebuah buku hardcover jatuh berdebuk di sampingku. Mana mungkin aku bisa tidur kalau suasana sekitarku begitu berisik?
Dengan lemah aku berjalan ke komputer. Necco melompat ke atas meja, akrena rupanya merasa tugasnya belum selesai. ia duduk di atas tumpukan berbagai gagasan untuk cerita yang belum selesai aku tulis, dan mengawasi dengan rasa puas saat aku mulai mengetik.
Setiap kali kata-kataku sulit keluar, ia membantuku. Dengan keluwesan seorang dewi ia menyapu keyboardku dan mengetikkan kalimat seperti : "aweewjl;j;fajjajh adjldaj;j;!" Artinya? "aku membangunkanmu karena ada alasannya. Sekarang menulislah!" makanya aku pun menulis. Dan menulis lebih banyak lagi.
Mulai saat itu setiap hari Necco membangunkanku pada jam 4 pagi. Tepat saat berbagai ide masih berputar segar di kepala dan dunia sekitar masih sunyi dan tenang. Dengan ditemani oleh Necco selama menulis, aku tidak terlalu kesepian lagi. Dan sasaran-sasaranku tidak terasa terlalu mustahil lagi. Perlahan-lahan, setelah berbulan-bulan bangun pagi-pagi sekali, aku berhasil menelurkan cerita-cerita, memolesnya, dan menjualnya.
Sampai saat ini rumah tua itu masih bisa kupertahankan. Aku dan Katie baik baik saja. Dan wealaupun kedua hewan peliharaan kami diperlakukan sebagai bagian tersayang dari keluarga kami, setiap kali berhasil menjual satu cerita, aku mengucapkan terima kasih kepada dewi pelindungku, si kucing kecil dengan seringai nakal yang menemaniku selama "jam-jam" paling gelap dalam hidupku.

oleh : Cindy Podurgal Chambers
dari buku : Chicken Soup of the Cat & Dog lover's soul